(KOMPASIANA/ Dyah Sahertian) Seminggu yang lalu tepatnya pukul sembilan malam, saat kebosanan menyergapku, kuputuskan untuk ke warnet sekedar ingin chating untuk mengusir bosanku. Kupilih warnet yang gak jauh dari rumah. Sampai di warnet aku dapat tempat yang paling ujung, karena sisa itu tempat yang tersisa, di samping tempatku yang hanya dibatasi oleh sekat dari triplek ada dua bocah yang kira-kira masih berumur 11-12 tahun.

Mereka sesekali tertawa terkikik-kikik dan berbisik-bisik satu sama lain. Karena penasaran aku pun mengintip mereka dari balik sekat triplek itu. Dan aku sungguh terkejut. Di layar monitor mereka terlihat foto-foto syur wanita-wanita. Aku masih saja mengamati mereka dari bilikku. Kulihat pula mereka membuka situs-situs vidio-video porno. Sambil saling pandang dan tertawa bisa kulihat juga mereka sedang asik ber cybersex lewat chating. Wah hal seperti ini gak bisa didiamkan saja. Aku memberitau operatornya atas tindakan anak-anak di bawah umur itu. Dan operator pun bertindak menghentikan mereka.

Kejadian ini mungkin hanya sedikit dari semua kejadian penyalahgunaan teknologi oleh anak-anak di bawah umur. Dunia maya memang mengasyikkan, kita bisa tahu informasi dari seluruh belahan dunia dengan sekali klik. Kita bisa punya banyak teman dari berbagai negara lewat chating, bisa pula mengenal banyak orang lewat situs-situs pertemanan yang sekarang lagi marak, dan banyak lagi kemudahan, keuntungan yang kita dapat lewat dunia maya.

Tapi kecanggihan dunia maya pun bisa menjebak kita pada hal-hal yang negatif. Tidak adanya filter bagi semua situs di dunia maya, membuat siapapun bisa menikmatinya dengan leluasa termasuk anak-anak. Situs situs porno, video-video mesum, foto-foto bugil dengan bebas dapat di akses lewat dunia maya. Tidak cuma lewat dunia maya, video porno dapat diakses dengan menonton DVD-DVD porno yang peredarannya tak berhenti malah bebas di jual di pasaran. Foto foto porno pun gampang di dapat lewat majalah-majalah orang dewasa yang di jual bebas hingga anak-anak pun bisa memilikinya.

Jadi gak mengheran kan jika anak-anak di bawah umur bisa melakukan pemerkosaan dan sadisnya lagi korban mereka pun masih di bawah umur. Anak-anak itu pun gak segan-segan merekam tindakan mesum yang melibatkan mereka sendiri, menyebarkannya lewat handphone. Terbukti dengan terkuaknya beberapa kasus video mesum yang melibatkan anak-anak di bawah umur. Sangat memprihatinkan nasib anak-anak bangsa. Moral mereka lama-lama terkikis oleh arus modernisasi dan perkembangan teknologi yang tak bisa tersaring dengan baik.

Dan itu jadi tugas utama kita untuk menyelamatkan mereka dari arus globalisasi yang semakin bebas. Memberi pendidikan seks dari lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah. Memberi mereka pengertian sisi baik dan buruknya informasi yang bebas, mendorong mereka untuk kreatif dan melalukan hal-hal yang positif baik dilingkungan keluarga, sekolah atau masyarakat.Dan selalu jadi panutan yang baik untuk mereka anak-anak negeri.

Mereka adalah cerminan masa depan bangsa ini. Jika dari sekarang moral mereka sudah sudah tidak baik, bagaimana mereka dapat jadi pemimpin bangsa suatu saat nanti. Jangan hanya mengurusi masalah politik, perebutan kekuasaan, saling ejek dan mencari kesalahan masing-masing. Namun bersama-sama selamatkan anak-anak Indonesia dari kekerasan moral dan mental serta fisik mereka. Karena bangsa yang berhasil adalah bangsa yang generasinya memiliki moral dan prestasi yang baik.

Bahaya Pornografi & Pornoaksi = Bahaya Terorisme (voa-islam.com)
Budaya global adalah budaya telanjang, budaya free sex, budaya permissive, budaya yang tidak mengenal nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Kalaupun nampak baik tapi hanya sebatas bungkus, tidak kepada isinya. Pornografi dan pornoaksi adalah merupakan simbol dari budaya global itu. Lihat saja media massa kita, meskipun sudah ada UU Pornografi, tetap saja simbol sex begitu dominan dalam setiap acara musik maupun sinetron atau film meskipun bungkusannya relijius. Dan UU itu hingga saat ini tidak memiliki kekuatan untuk menjerat para pelaku pornografi dan pornoaksi, karena ketidak-jelasan atau kekaburan definisi porno itu sendiri.

Kerusakan yang diakibatkan oleh budaya global hingga detik ini tidak ada yang mampu mengatasinya, bahkan bagi sebagian besar masyarakat kita, pengrusakan itu disikapi dengan rasa gembira ria, ikhlas menerima, dan menikmatinya. Kebanyakan kita belum menyadari hal ini, termasuk pemerintah yang mestinya melindungi rakyat dari kerusakan. Secara perlahan tapi pasti generasi pelanjut bangsa ini "dibunuh" jiwanya, mentalnya, fikirannya, juga fisiknya oleh pornografi dan pornoaksi. Kalau hal ini dibiarkan, maka bangsa ini akan kehilangan pemimpinnya dimasa mendatang.

Dengan begitu hendaklah kita sadari sepenuhnya bahwa bahaya yang ditimbulkan oleh budaya global sama dengan bahaya terorisme. Bahkan boleh jadi bahayanya melebihi bahaya terorisme, karena korbannya menerima pengrusakan itu dengan senang hati. Sementara korban terorisme langsung bisa menyadari dan kemudian bereaksi menghalang dan mencegah kerusakan yang lebih parah. BAGAIMANA MENURUT ANDA ???
Diposting oleh Muhammad Naufal Ihsan

0 komentar:

Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger template by blog forum